JOLOTUNDOyang diambil dari nama sendang Jolotundo yang terletak di tengah Desa Ketandan yang berada di sebelah selatan jembatan Kemendung Peturen (Karangturi) wilayah kekuasaan Kadipaten Lasem. Dirintis oleh seorang Pandito dari Negeri Cempa ( Bagian wilayah Negeri China ) dengan sebutan Eyang Ke Tong Dow.
Diwujudkannya sendang Jolotundo, selain merupakan sumber kehidupan bagi warga setempat juga untuk aktifitas kegiatan penduduk yang diantaranya untuk sarana kebutuhan rumah tangga, dan selebihnya di arahkan pada sektor pertanian yang sangat membutuhkan air dalam bercocok tanam.
Desa Ketandan dirintis oleh seorang Pujangga dan sekaligus seorang pandito dari Negeri Cempa (China) yang bernama Ko Tong Dow. Dalam perjalananya membuka alas Tundo, dengan disertai membuat sendang yang diberi nama sendang Jolotundo. Sementara Desa yang dirintis dan yang ditempati Ke Tong Dow dan para punggawanya, diberi nama Desa Ketandan yang mengambil nama dari tokoh perintisnya (Ko Tong Dow) dan selama masa hidupnya tinggal di Desa Ketandan sebagai Seorang guru pujangga dan seorang Penyebar tuntunan agama, serta pemimpin yang selalu perduli dengan para petani dalam bercocok tanam. Hingga warga penduduknya disebut sebagai warga poro tani. Yang artinya warga petani. Dan setelah sepeninggal Ke Tong Dow yang jasatnya dimakamkan / dikebumikan di sebelah sendang Jolotundo.
Seiring perjannya waktu, nama ketandan berangsur pudar setelah dikenalnya oleh para pendatang yang ingin berkunjung di sendang Jolotundo, bahkan para pengunjung yang akhirnya menetap dan untuk tinggal di sish kiri dan sebelah kanansendang. Pada akhirnya Binang Na seorang keponakan dari Ko Tong Dow, karena banyak sebutan dari warga pendatang maupun dari warga setempat maka pada tahun 1851 Desa Ketandan diubah nama dengan sebutan menjadi DESA JOLOTUNDO. Kepemimpinan Bi Nang Na, anak dari Bi Nang Uen ini Desa Jolotundo jadi desa yang makmur, asri dan damai serta dalam memimpin Desa Jolotundo sangat arif bijaksana dalam mengayomi warganya. Dengan semakin banyaknya warga yang tinggal ditepian sendang, maka timbulah kekawatiran dari RM Bi Nang Na, yang akhirnya demi keselamatan warga sendang dibendung dan ditutup sendang Jolotundo hingga disisakan sebesar lubang dandang yang berlapis sembilan, yang selanjutnya diberinama Sumur Jolotundo.
Dan setelah wafat, Bi Nang Na dimakamkan di Dukuh Demungan yang merupakan tempat membimbing para seniman dan seniwati dalam mengolah lagu dan tembang patet Lasem. Dan pada masa kepemimpinan berikutnya dilanjutkan oleh para abdi setianya yang bernama mantri anom ( Kerto Bolet ) yang dipercaya memimpin Desa Jolotundo dan Menjaga Para makam para leluhur yang menjadi cikal bakal dari Desa Jolotundo.
Akhirnya, saat ini yang tersisa hanyalah Patilasan dalem ( Taman Banjar Mlati ) yang terletak Di dukuh Semangu RT. 04 RW. 02. Patilasan Pemakaman Raja dan adipati Lasem yang dikebumikan di Tanah Widoro Pejaratan Bumi Brangkal yang tinggal sisa-sisa pondasi. Masyarakat Desa Jolotundo khususnya lingkungan sekitar petilasan Dalem, jika akan mengadakan acara selamatan masih disebutkan untuk mengirim do’a untuk para leluhur yang telah berjasa di Desa Jolotundo.
Berdasarkan sejarah diatas, maka nama-nama dukuh yang ada di Desa Jolotundo, sampai sekarang juga di dasarkan atas struktur dalem Kabupaten Lasem, Yaitu dukuh Krajan ( Pusat Pemerintahan Desa ), Dukuh Semangu (Ex Taman Bajar Mlati), Dukuh Demungan ( Padepokan Sasono Budoyo), Dukuh Gembris ( dikenal dengan tempat Waranggono / sinden), Gudangkapuk ( central pemintalan Randu/ Kapok), Dukuh Ketandan ( Pondok Pesanteren ilmu kasusilan), dukuh Karangmaling dan Dukuh Brangkal ( Pusat Pemakaman para Raja Lasem dan para abdi dalem).
Sampai sekarang, kedelapan dukuh tersebut masih tetap dipertahankan untuk mengenang para tokoh-tokoh yang pernah memimpin Desa Jolotundo. Tokoh-tokoh yang pernah menjadi pemimpin Desa Jolotundo secara berurutan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Pemimpin Pemerintahan Desa Jolotundo
No |
Nama |
Tahun Menjabat |
Keterangan |
1 |
Kee Tong Dow |
Tidak diketahui |
Pandito Ketandan Lor |
2 |
Bi Nang Na |
Tidak diketahui |
Pandito Ketandan Lor |
3 |
Kerto Bolet |
Tidak diketahui |
Mantri Anom Desa |
4 |
Sungging Mandiro |
Tidak diketahui |
Lurah Jolotundo |
5 |
Supodirejo |
Tidak diketahui |
Lurah Jolotundo |
6 |
Mijan Adi Mulyo |
1929 - 1937 |
Petinggi Jolotundo |
7 |
Suro Rejo |
1938 - 1947 |
Petinggi Jolotundo |
8 |
Sakimin I |
1948 - 1956 |
Petinggi Jolotundo |
9 |
Sakimin II |
1956 - 1962 |
Petinggi Jolotundo |
10 |
Kasdari |
|
Petinggi Jolotundo |
11 |
Moenandar I |
1976 - 1984 |
Kepala Desa Jolotundo |
12 |
Moenandar II |
1985 - 1996 |
Kepala Desa Jolotundo |
13 |
Sukardi |
1997 - 2006 |
Kepala Desa Jolotundo |
14 |
H. Rachmad Mawardi |
2007 - 20013 |
Kepala Desa Jolotundo |
15 |
Sri Susilani |
2013 - 2019 |
Kepala Desa Jolotundo |
16 |
Eko Subandi |
2019 - Sekarang |
Kepala Desa Jolotundo |
Demikian selanyang pandang atau sejarah singkat Desa Senggigi yang dapat kami sampaikan kepada para pegiat Medsos, semoga dapat bermanfaat untuk kita semua, terima kasih.